Kretek, Sebuah Fakta Opini

“Kretek itu tidak ada di AS, tidak ada di Eropa, atau negeri-negeri lain. Hanya ada di sini, khas Indonesia.”

(Mark Hanusz, penulis buku Kretek: The Culture and Heritage of Indonesia·s Clove Cigarettes)

            Sepertinya semua orang mengetahui apa itu rokok tapi tidak semua orang mengetahui perbedaan rokok dan kretek. Berbeda dengan rokok pada umumnya yang hanya berbahan dasar tembakau, kretek selain menggunakan tembakau juga menggunakan cengkeh sebagai bahan dasar pembuatannya. Dari campuran cengkeh inilah nama kretek tercipta, karena ketika cengkeh yang bercampur dengan tembakau ini terbakar akan mengeluarkan bunyi “keretek…keretek…”. Cengkeh sendiri merupakan tanaman tropik asli Indonesia dan yang perlu diingat, tidak ada satupun rokok di dunia ini yang mencampurkan tembakau dengan cengkeh kecuali kretek, hanya di Indonesia.

Rokok kretek yang telah lama dikenal di nusantara ini memang tidak jelas asal-usul terciptanya. Dalam Kisah Roro Mendut, diceritakan tentang seorang putri dari Pati yang dijadikan istri oleh Tumenggung Wiroguno (salah satu penglima perang kepercayaan Sultan Agung) menjual rokok “klobot” (rokok kretek yang menggunakan daun jagung kering sebagai pembungkusnya). Sedangkan menurut cerita yang hidup di kalangan para pekerja pabrik rokok, riwayat kretek bermula dari eksperimen Hadji Djamari sekitar akhir abad ke-19 di kota Kudus, Jawa Tengah yang mencampurkan cengkeng yang sudah diiris tipis dengan tembakau. Penemuan Hadji Djamari ini sepuluh tahun kemudian menjadi bahan dagangan yang laris manis di tangan Nitiseminto, hingga pada tahun 1908 usaha dagangnya terdaftar resmi dengan merek “Tjap Bal Tiga”.

***

            Hari ini ketika kretek berdiri sebagai penyumbang cukai terbesar dan industrinya dari hulu ke hilir melibatkan 30 juta orang lebih serta lahir dari industri yang 96% bahan bakunya menggunakan produk lokal, kretek ternyata banyak menuai kontroversi pro dan kontra. Industri rokok kretek sebagai industri nasional yang kuat berhadapan langsung dengan industri farmasi yang membawa isu-isu kesehatan dan kampanye anti rokok. Dalam hal ini, gencarnya kampanye anti rokok berlabel isu-isu kesehatan di tengah masyarakat Indonesia yang notabene perokok kretek (rokok yang merupakan produk unggulan dalam negeri), menjadi sesuatu yang menarik bagi saya.

            Saya memang bukanlah seorang ahli dalam bidang kesehatan, bisnis industri ataupun politik konspirasi. Saya hanya mahasiswa semester akhir, kebetulan perokok aktif yang merasa tidak mendapat informasi objektif tentang rokok, kretek khususnya. Walaupun dengan berbekal akses internet, saya bisa melakukan pencarian informasi terkait rokok kretek dan menemukan beberapa fakta yang mengejutkan. Seperti, adanya konspirasi antara industri farmasi AS dengan World Health Organization (WHO) dalam kaitannya dengan strategi pasar dimana targetnya agar orang berhenti merokok dan untuk berhenti itu harus ada penanganan khusus dengan menggunakan obat-obat yang dikenal sebagai Nicotine Replacement Therapy (NRT). Banyaknya riset-riset yang tidak dapat dipertanggungjawabkan juga tidak berdasarkan kebenaran melainkan pesanan, dimana data, angka, statistik dan estimasi dimanipulasi sedemikian rupa hingga memojokkan industri rokok. Gagalnya studi kardiologi (ilmu tentang jantung dan penyakit jantung) menemukan hubungan antara serangan jantung dengan faktor-faktor resiko klasik seperti merokok dan tingkat kolesterol yang tinggi. Banyaknya hal lain yang lebih berbahaya dan merugikan kesehatan daripada rokok kretek (jika benar rokok kretek berbahaya dan merugikan kesehatan) seperti handphone, obesitas, minuman bersoda dan makanan siap saji yang pada kenyataannya tidak benar-benar disoroti seperti mereka para pemerhati kesehatan menyoroti rokok kretek. Hal ini tentunya menjadi tanda tanya tersendiri bagi saya jika benar mereka peduli pada kesehatan. Ditemukan juga aliran dana dari Michael R. Bloomberg yang memiliki kepentingan dalam bidang industri farmasi kepada berbagai organisasi, lembaga dan badan di Indonesia yang memiliki kekuatan untuk memojokkan industri rokok kretek. Diakusisinya 98% saham Sampoerna oleh Philip Morris dan 85% saham Bentoel oleh British American Tobacco (BAT), anehnya kedua produsen rokok putih (tanpa campuran cengkeh) tersebut sempat melakukan kampanye besar melawan peredaran rokok kretek dengan membawa isu kesehatan.

              Ah sudahlah, seperti yang saya katakan di atas, saya tidak memiliki kompetensi apapun untuk menjelaskan fakta-fakta yang banyak disembunyikan saya temukan di atas. Saya sebagai seorang yang kebetulan perokok aktif hanya ingin mengatakan bahwa sebagai perokok saya mendapat perlakuan yang diskriminatif dan tidak jarang menjadi objek bullying dari berbagai pihak. Apa bukan diskriminatif namanya jika hampir seluruh informasi tentang rokok kretek yang dengan gampang kita temui selalu saja menyoroti sisi buruk dari merokok? Saya dan saya pikir ribuan bahkan jutaan orang lainnya seakan dipaksa untuk percaya kepada para dokter dan para ahli kesehatan tentang efek buruk rokok terhadap kesehatan. Seakan-akan mereka adalah utusan Tuhan yang dapat menentukan usia dan menjustifikasi kesehatan para perokok. Sekali lagi saya tidak hendak membahas kemungkinan mereka melakukan riset pesanan karena itu memang bukan wilayah saya, hanya saja saya tidak bisa menerima kenyataan ketika mereka tidak memberikan porsi yang sepadan tentang berbagai macam produk selain rokok yang ternyata lebih berbahaya juga merugikan kesehatan. Tidak pernah juga dijelaskan mengapa banyak orang-orang di sekitar saya yang bisa mencapai usia tua bahkan ketika mereka adalah perokok yang sangat aktif. Mengapa banyak atlet yang tetap berprestasi walaupun mereka juga perokok aktif. Saat inipun isu yang mengabarkan rokok bertanggung jawab terhadap penurunan kemampuan intelektualitas seseorang tidak diimbangi dengan kenyataan banyaknya orang-orang yang memiliki intelektualitas tinggi dan mereka juga adalah perokok aktif. Kita tentu tidak bisa memungkiri kecerdasan intelektualitas yang dimiliki oleh seorang tokoh nasional kita, Agus Salim dan sastrawan terbesar Indonesia, Pramoedya Ananta Toer, sama seperti kita tidak bisa memungkiri kenyataan bahwa mereka berdua adalah perokok kretek kelas berat. Pada titik ini saya tidak berdiri sebagai seseorang yang pro rokok kretek tetapi saya berdiri sebagai seseorang yang pro informasi karena saya merasa hak-hak saya untuk mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan telah dikebiri.

            Sebagai perokok aktif dan warga negara yang merdeka, saya merasa terasingkan dan kemerdekaan saya dirampas. Bagaimana tidak, ketika sistem membentuk masyarakat bersikap antipati sinis terhadap para perokok yang dianggap sebagai pemelihara sumber penyakit maka secara langsung sistem tersebut mengasingkan para perokok dari masyarakatnya sendiri. Mencabut hak-hak kemerdekaan para perokok untuk bermasyarakat dan bahkan kemerdekaan terhadap diri sendiri. Hingga secara tidak langsung akan “membunuh” mereka, para perokok yang budiman.

***

“Jika terus seperti ini. Pada akhirnya saya memang akan mati, bukan dibunuh oleh kretek yang saya hisap tetapi oleh sistem yang tercipta demi kepentingan entah siapa.”

***

Salam.

Refrensi:
http://www.scribd.com/doc/47821986/Mencintai-kretek-sebagian-dari-iman
http://www.komunitaskretek.or.id/serpih-7-pramoedya-ananta-toer-anak-bodoh-yang-pendek-umur.html
http://belajarsejarah.com/?detail=beritanya&id=17&kode=4
http://id.wikipedia.org/wiki/Kretek
http://kretekmataraman.blogspot.com/2011/04/melindungi-aset-bangsa_10.html

12 Tanggapan to “Kretek, Sebuah Fakta Opini”


  1. 1 Asop 22 April, 2011 pukul 10:03 am

    Apapun itu, entah rokok filter ato kretek, tetap aja namanya rokok. Dan merokok itu “cuman” menghisap asap. 😆
    Saya dulu pernah merokok, hanya beberapa waktu, dan langsung saya tinggalkan. Nggak ada enaknya, setelah dipikir-pikir. 😀

    Tetap tak bisa dipungkiri bahwa merokok merusak paru-paru dan kerongkongan (karena panasnya). 😉

    • 2 inidanoe 22 April, 2011 pukul 3:31 pm

      Kretek ada yg Filter juga lho Mas Asop.. 😉

      Iya seh mas, cuma menghisap asap. Sama seperti cuma ngemut permen. Klo merokok cuma ikut-ikutan ya berhenti sampai di situ mas, tapi klo gk cuma ikut-ikutan ya gk cuma berhenti di sana, bisa jadi itu simbol perlawanan, ya walaupun cuma simbol seh 🙂

  2. 3 aRuL 22 April, 2011 pukul 1:45 pm

    Apapun yg menurut saya merusak kesehatan perlu dihindari, rokok, makan2 yg berkolesterol, asap kendaraan dll, tapi nyatanya kita tetap hidup berdampingan dengan perusak kesehatan tersebut.

    Rokok, pernah memperhatikan hasil scan paru-paru orang perokok dg tidak merokok? Bokap saya menghentikan konsumsi rokoknya yang tergolong berat waktu dulu, diagnosis dokter tentunya yg menyebabkan batuk dan sesak nafas dan sudah tak bisa lama-lama jalan karena nafas tidak kuat adalah konsumsi rokok. Padahal beliau sering lho jalan-jalan subuh walaupun setiap saat mengkonsumsi rokok.
    Sekarang beliau menghentikan rokok tersebut mencoba utk hidup yg lebih sehat, walaupun tak sesehat dulu.

    Baik kretek maupun rokok putih, saya menghindarinya tapi tak menolak kan ketika ada orang merokok di samping saya dia permisi dulu 😀 seperti halnya makan, sopannya permisi dulu kan 😀

    Sori danoe kita berbeda soal ini 🙂

    • 4 inidanoe 22 April, 2011 pukul 3:42 pm

      Iya Mas Arul, sepakat.
      Buat saya, semua yang merugikan itu emang harus dikurangi, karena memang apapun itu pasti ada resikonya jadi gk bisa 100% dihilangkan. Itu mengapa ada menejemen resiko 🙂
      Masalah rokok saya kembalikan ke subjek masing-masing. Sama seperti ada yg suka duren ada yg enggak. Cm gk enak juga kan rasanya klo misalnya sebagai penggemar duren trus ada info ttg duren yg enak tapi malah info itu diumpetin sama mereka yg gk suka duren.?
      Beda gk papa Mas, manusiawi. Biar beda im still adore you, big brother.
      Anwy, kapan ke jogja.? Ada adek kelas Mas Arul yg lg di Jogja lho.. 🙂

      • 5 aRuL 23 April, 2011 pukul 2:28 am

        yogya lagi? mau banget kenapa ya setiap ke yogya selalu belum terpuaskan, maunya ke sana lagi dan lagi 😀
        Adek kelasku itu katanya lagi banyak duit haha 😆

  3. 6 nurrahman18 16 Mei, 2011 pukul 9:25 am

    saya juga bukan perokok, masalah kretek itu apa juga sebetulnya ga mundeng, *lanjutin baca* 😀

  4. 8 chiekebvo 12 Agustus, 2011 pukul 8:58 pm

    dari kecil aku sudah disuguhin (asap) rokok di rumah..ga pernah suka asapnya ato rokoknya..tapi tetap suka bau orang ngerokok, makanya aku betah dekat kamu bing… *ebuset..malah gombal* hahahahaa.. 😆

  5. 9 bluethunderheart 11 September, 2011 pukul 8:27 pm

    p kabar
    semangatnya mana kawan
    salam hangat dari blue

  6. 10 eksposrakyat 23 Juli, 2012 pukul 1:11 am

    Buat yang aktif menulis dan ingin berbagi informasi tentang peristiwa di seputar Anda. Portal Berita Jurnalisme Publik | EKSPOSRAKYAT.com mengundang Anda untuk menjadi Kontributor.
    Silahkan kunjungi Portal Berita Jurnalisme Publik

  7. 11 theo 7 Februari, 2013 pukul 5:21 pm

    bagus artikelnya, bisa jadi inspirasi deh nih 😀

    GPS Tracker


  1. 1 Kretek, Sebuah Fakta Opini | Danu Saputra Lacak balik pada 23 September, 2015 pukul 1:35 am

Tinggalkan komentar




Selamat Datang

Terima kasih atas kunjungan saudara/i ke ruang mengeja ini. Blog yang berisi buah pikiran seorang DANOE ini merupakan salah satu upaya agar dia tidak terlupakan begitu saja tertelan waktu yang tidak kenal kompromi. Ruang mengeja yang hadir pada 15 Mei 2008 ini, merupakan bentuk pelarian upaya lebih serius seorang DANOE untuk menulis setelah blog yang INI serta yang ITU dianggapnya kurang serius :D . Selamat menjelajahi RUANG MENGEJA ini dan silahkan mencaci maki DANOE sepuasnya disini. HIDUP BLOGGER...!!!

 mari mengeja...

Proudly Present... Komunitas Bloger Yogyakarta - CAHANDONG.ORG Komunitas Kretek

Tugas Sekolah

just send me IM
idYM : inidanoe
April 2011
S S R K J S M
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
252627282930  

Danu Saputra's Facebook profile

Powered by FeedBurner

Add to Technorati Favorites